03 Oktober 2009

Dialog Dengan Syaitan


Aku berdialog dengan syaitan yang terkutuk, dimalam gulita. Ketika aku mendengar adzan fajar dan aku ingin beranjak pergi ke masjid.


Aku berkata: “ Aku khawatir tertinggal melakukan kewajiban pagi ini “

Ia mengatakan: “Waktunya masih panjang terbentang”


Ketika aku tidak bangun sampai matahari terbit, aku dengar bisikan ditelingaku : “Jangan sesali yang sudah lalu. Hari ini masih ada waktu. Gunakan dengan sebaik-baiknya”. Lalu aku duduk untuk siap berdzikir tapi dia membukakan dihadapanku daftar permasalahan yang harus aku pikirkan.


Aku berkata: “Ini semua menyibukanku dari berdo’a”.

Ia mengatakan: “Biarkanlah dia hanya sampai sore”.


Aku bertekad untuk bertobat.

Ia mengatakan: “ Nikmatilah masa mudamu”


Aku berkata: “Aku takut jika maut menjemputku “

Ia mengatakan: “ Usiamu belum sempat habis “


Lalu, aku bersiap untuk menghafal al-qur’an.

Ia mengatakan: “ Coba, tenangkan dirimu dahulu dengan mendengar lagu”

Aku berkata: “Lagu itu haram hukumnya”

Ia mengatakan: “Bukankah sejumlah ulama masih mempunyai pandangan lain tentang lagu?”.

Aku katakan: “Saya punya hadist-hadist yang mengharamkan lagu”.

Ia mengatakan: “Semua itu hadist-hadist lemah”


Tiba-tiba, seorang wanita cantik berlalu didepanku. Aku berusaha menundukan pandangan.

Ia mengatakan: “Memangnya, kenapa jika melihat”.

Aku berkata: “Melihat wanita bukan muhrim…gak boleh!!berbahaya”

Ia mengatakan: “Klo begitu, berpikirlah tentang kecantikan. Berpikir itu gak dilarang”


Aku berkata: “Aku harus berusaha untuk memperbaiki kondisi umat ini”

Ia mengatakan: “Surga gak hanya dimasuki dengan amal-amal tertentu. Kenapa engkau pergi berupaya memberi nasihat? Jangan jerumuskan dirimu pada kesulitan”


Aku berkata: “Ini baik untuk para hamba allah”

Ia mengatakan: “Aku khawatir engkau terkena penyakit popularitas. Itulah puncak kerusakan”.


Aku berkata: “Lalu apa menurutmu tentang tokoh-tokoh?”.

Ia mengatakan: “Aku mampu bentangkan semua masalah tentang hal itu”


Aku berkata: “Ahmad bin Hambal?”.

Ia mengatakan: “Dia telah membunuhku dengan perkataannya; “peganglah sunnah dan al-qur’an yang diturunkan”


Aku berkata: “Ibnu Taimiyyah?”.

Ia mengatakan: “Pukulan-pukulannya masih terasa dikepalaku, karena amal-amal hariannya”


Aku berkata: “Al bukhari?”.

Ia mengatakan: “Kitab-kitabnya telah membakar rumahku”


Aku berkata: “Fir’aun?”.

Ia mengatakan: “Dari kami untuknya segala pertolongan dan dukungan”


Aku berkata: “Shalahuddin al ayyubi, pahlawan hithin?”.

Ia mengatakan: “Tinggalkan dia yang telah mengotori aku dengan ath yhiin (tanah)”.


Aku berkata: “Muhammad bin abdul wahab?”.

Ia mengatakan: “Ia membakar dadaku dengan dakwahnya yang bergelora. Ia membakarku dengan seluruh anak panah”.

Aku berkata: “Abu Jahal?”.

Ia mengatakan: “Kami saudara dan keluarganya”.


Aku berkata: “Lenin?”.

Ia mengatakan: “Sudah kuikat di Neraka bersama Stalin”.


Aku berkata: “Majalah-majalah porno”.

Ia mengatakan: “Itu undang-undang kami”.


Aku berkata: “Apa dzikirmu?”.

Ia mengatakan: “Lagu-lagu”.


Aku berkata: “Apa pekerjaanmu?”.

Ia mengatakan: “Berkhayal dan berkhayal”.


Aku berkata: “Pendapatmu tentang pasar?”.

Ia mengatakan: “Disana kami menyebar ilmu dan disana berkumpulnya teman-teman”.


Aku berkata: “Bagaimana engkau menyesatkan manusia?”.

Ia mengatakan: “Dengan syahwat, syubhat, tempat membuang waktu, khayalan dan lagu”.


Aku berkata: “Bagaimana engkau menyesatkan penguasa?”.

Ia mengatakan: “Dengan ambisi haus darah, mengecilkan ulama, menolak nasihat para ahli hikmah, dan mendengarkan orang-orang dungu”.


Aku berkata: “Bagaimana engkau menyesatkan wanita?”.

Ia mengatakan: “Dengan perhiasan dan bepergian, meninggalkan apa yang diperintahkan, dan berani melakukan yang dilarang”.


Aku berkata: “Bagaimana engkau menyesatkan para Ulama?”.

Ia mengatakan: “Dengan senang tampil, Ujub, dan Sombong, Dengki yang memenuhi dada”


Aku berkata: “Bagaimana engkau menyesatkan orang awam?”.

Ia mengatakan: “Dengan ghibah (gossip), menyebarkan keburukan diantara mereka (namimah), pembicaraan yang dapat memicu permusuhan, dan pembicaraan yang tidak ada harganya”.


Aku berkata: “Bagaimana engkau menyesatkan pebisnis dan pedagang?”.

Ia mengatakan: “Dengan riba dalam interaksi bisnisnya, dengan menghalanginya dari sodaqoh, dan dengan berlebihan dalam membelanjakan uang”.


Aku berkata: “Apakah yang membunuhmu?”.

Ia mengatakan: “Ayat kursi. Itu menghimpitku, memperpanjang kurunganku, dan memberikan banyak musibah untukku”.


Aku berkata: “Siapa manusia yang paling engkau benci?”.

Ia mengatakan: “Ahli masjid, semua orang yang ruku’ dan sujud, yang zuhud dan ahli ibadah, juga setiap mujahid”.


Aku berkata: “Engkaulah Sang penghasut Adam sehingga ia berdosa”.

Ia mengatakan: “Kau bilang Adam berdosa gara2 hasutanku? kalau begitu, atas hasutan siapa aku melakukan dosa? aku sebenarnya melakukan apa yang Dia perintahkan, dan aku sepenuhnya patuh pada keinginan-Nya. Mau bagaimana lagi? tak ada ruang yang luput dari kuasa-Nya. Aku bukanlah tuan bagi keinginanku sendiri. Aku menyembah Tuhan selama 700ribu tahun! tak ada tempat yang tersisa di langit dan di bumi dimana aku tak menyembah-Nya. Setiap hari aku berkata pada-Nya, “ya Tuhan, anak keturunan adam menolak-Mu, namun Engkau tetap bermurah hati dan meninggikan mereka. Tapi aku yang mencintai dan memuja-Mu dengan pemujaan yang benar, Engkau buat jadi hina dan buruk rupa”. Aku tak ingin bersujud pada Adam dengan satu alasan yang benar karna aku tak ingin mencintai dan sujud selain pada-Mu..”.


Aku berkata: “Aku berlindung kepada allah darimu”.

Selanjutnya, ia tertawa, tersenyum sinis, menghilang dan lenyap. Seperti ditelan bumi.




Kamar Mungilku
Catatan Sewaktu Subuh
Getting My Mind Fucked

Tidak ada komentar:

Posting Komentar