31 Mei 2011

Monosodium Glutamat (MSG) atau Vetsin Ditinjau dari Segi Kesehatan

MSG mengandung asam glutamat. Asam glutamat terkandung dalam makanan secara alami yaitu pada ikan, keju, daging, telur, sayur, kacang-kacangan, dan buah dan tidak menimbulkan bahaya

Tubuh memproduksi glutamat, bila berlebihan menyebabkan kerusakan jaringan otak akut, kekurangan aliran darah ke otak, kemunduran fungsi syaraf. Konsumsi per hari

  • 0.3 – 1 gram per hari
  • Jumlah terbesar MSG dalam makanan instan

Konsumsi berlebih juga berkaitan dengan timbulnya gangguan alergi seperti asma, gatal, infeksi kulit, gangguan irama jantung, kelainan syaraf tepi, dan gangguan pencernaan.


Chinese Restaurant Syndrome adalah salah satu akibat dari terlalu banyak mengkonsumsi vetsin.

Gejala:

  • rasa kebal pada daerah leher belakang dan lengan
  • sekujur badan terasa lemah
  • peningkatan denyut nadi

Vetsin untuk bayi

Sebenarnya makanan bayi tidak memerlukan vetsin karena bayi belum bisa merasakan enak atau tidaknya suatu makanan yang mereka makan. Bila vetsin ditambahkan dalam makanan dengan dosis tinggi diberikan kepada bayi-bayi, maka akan menimbulkan akibat kerusakan beberapa sel syaraf di dalam bagian otak yang disebut Hypothalamus yang berakibat anak menjadi pendek dan gemuk serta mengalami kerusakan retina mata.

Meskipun sudah dibuktikan dan dinyatakan bahwa vetsin aman, beberapa negara dalam peraturannya masih mewajibkan pencantuman adanya vetsin dalam label sebagai peningkat cita rasa, termasuk di Indonesia.


Bahan Pengawet Berbahaya dalam Makanan

  1. Formalin

Tahun 2005 lalu, terungkap kasus zat pengawet, formalin dan boraks yang dicampur pada makanan, biasanya terdapat pada jenis makanan yang cepat kadaluarsa (expired) seperti tahu, bakso, mie, ayam potong, ikan, dan sebagainya.

Formalin sebenarnya biasa digunakan sebagai disinfektan pada pembersih lantai, pembasmi germisida dan fungisida pada tanaman dan sayuran, sterilisasi, serta sebagai bahan pengeras jaringan untuk mengawetkan mayat. Karena sangat efektif untuk melawan bakteri, jamur, dan beberapa virus itulah, ada pihak-pihak yang mencampurkannya ke dalam makanan agar lebih awet dan dan tidak mudah berjamur.

  1. Boraks atau Bleng

Merupakan larutan garam fosfat, berbentuk kristal, dan berwarna kekuningkuningan. Biasanya boraks digunakan di berbagai industri nonpangan seperti kertas, gelas, dan keramik. Bleng banyak mengandung unsur boron dan beberapa mineral lainnya. Penambahan bleng selain sebagai pengawet pada pengolahan bahan pangan terutama kerupuk, juga untuk mengembangkan dan mengenyalkan bahan, serta memberi aroma dan rasa yang khas. Penggunaannya sebagai pengawet maksimal sebanyak 20 gram per 25 kg bahan.

Bahaya Formalin dan Boraks

Pemakaian formalin dapat menyebabkan keracunan dalam tubuh manusia, dengan gejala sukar menelan, mual, sakit perut yang akut disertai muntah-muntah, mencret berdarah, timbulnya depresi susunan syaraf atau gangguan peredaran darah. Konsumsi formalin dalam dosis tinggi dapat mengakibatkan kejang-kejang, kencing darah, dan muntah darah yang berakhir dengan kematian.


Tips Mengenali Makanan yang Mengandung Zat Penambah Berbahaya

· Bahan pangan yang menggunakan formalin sebagai pengawet akan memiliki tekstur yang kaku.

· Bagian luar bahan pangan akan nampak “terlapisi” jika telah diawetkan oleh formalin, sehingga lalat dan serangga tak mau mengerubunginya.

· Makanan yang diberi zat pewarna tekstil biasanya berwarna terang (mencolok), tidak kusam, dan memiliki rasa agak pahit. Warna tersebut biasanya menempel pada mangkok atau piring.

· Mie basah dan tahu yang mengandung formalin, tidak rusak sampai dua hari pada suhu kamar (25 derajat Celsius) dan bertahan lebih dari 15 hari pada suhu lemari es (10 derajat Celsius), baunya agak menyengat (bau formalin), tidak lengket dan agak mengkilap,serta tekstur tahu tidak terlampau keras namun tidak padat.

· Bakso yang mengandung formalin, tidak rusak sampai lima hari pada suhu kamar dan teksturnya sangat kenyal.

· Ikan yang mengandung formalin, tidak rusak pada suhu kamar, warna insang merah tua dan tidak cemerlang, warna daging ikan putih bersih, serta baunya menyengat.

· Ikan asin yang mengandung formalin, tidak rusak hingga lebih dari 1 bulan pada suhu kamar, warnanya bersih cerah dan tidak berbau khas ikan asin.

· Hindari makanan dalam kemasan yang tidak mencantumkan label. Setiap makanan dalam kemasan, wajib mencantumkan nama pewarna makanan, nomor indeks, komposisi untuk produk campuran, isi neto, kode produksi, takaran penggunaannya dalam makanan, nomor pendaftaran produk, nama dan alamat perusahaan, dan nomor pendaftaran produsen.

· Perhatikan tanda khusus berupa huruf M dalam lingkaran berwarna hitam pada kemasan produk makanan. Tanda tersebut berarti makanan tersebut menggunakan bahan pewarna yang diperkenankan.

Alternatif pengganti formalin yaitu penggunaan asap cair, garam, rempah-rempah, kecombrang, air ki, dan penyimpanan bahan pangan pada suhu rendah. Penggaraman merupakan metode pengawetan bahan pangan yang murah dan telah banyak dimanfaatkan seperti pada pengawetan ikan asin.